Rabu, 25 Juni 2014

Satu Buku Untuk Satu Perubahan



Setiap orang tentunya ingin berbagi. Membuat orang lain senang dengan apa yang kita berikan menurutku membuat candu. Selalu ingin melakukannya lagi dan lagi. Berbagi sesuatu.
Setiap orang tahu itu. Tapi apakah sesuatu itu? Apa yang bisa kita bagi?
Yah, sesuatu. Sesuatu yang bisa mewujudkan cita-cita rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri.
Bisakah itu? Mau berbagi ke seluruh masyarakat Indonesia?
Tentu saja bisa. Mungkin ada yang sedikit bingung sebenarnya teknik berbagi macam apa yang akan dikemukakan di sini. Sebenarnya sederhana tapi mengena.
Jika ingin suatu bangsa maju, maka yang terpenting adalah mempersiapkan sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas mampu melakukan apapun untuk lebih berkembang.
Hmmmm..
Salah satu cara berbagi yang digunakan adalah berbagi ilmu melalui buku. Sederhana memang jika dilihat dari sisi ide, tapi rumit ketika diaplikasikan secara teknis.
Sebentar, sebentar.. Mau berbagi ilmu melalui buku ke seluruh pelosok Indonesia? Kau bercanda? Indonesia kan luaaaaassss.. Belum lagi kendala-kendala yang mesti muncul.
Menyerah dengan adanya kendala-kendala seperti itu? Bukan pemuda dong namanya kalau tidak punya solusi. Ok, kita rinci satu per satu kendala beserta solusinya.
Ok, kendalanya seperti ini..
Indonesia terdiri dari gugusan pulau terbentang luas. Membagikan buku kepada seluruh masyarakat Indonesia tidaklah mudah. Right? Tentunya butuh tenaga, waktu, dan biaya yang besar.
Penduduk Indonesia kan sangat banyak. Tiap orang ngirim satu buku ke satu daerah. Misal si A yang tinggal di Sumatera ngirim satu buku ke satu alamat di Nusa Tenggara Barat. Jika tiap orang di insonesia melakukan hal yang sama, alhasil bisa disimpulkan inilah tim terbesar yang pernah ada. Tiap orang melakukan sesuatu untuk satu tujuan yang sama. Iya kan?
Dapat alamatnya?
Errr.. -.-“
kan bisa di-googling, nanya teman asal daerah yang mau dikirimi buku, nitip temen, atau kirim aja ke alamat sekolah di daerah.
Hmmm.. bisa, bisa..
Tapi, iya kalau yang dikasi buku mau dan mau baca. Kalau nggak? Sia-sia dong udah capek-capek ngasih buku..
Nah, berarti butuh pendekatan ke masyarakat di daerah, terutama anak usia sekolah. Misal beri/pinjami (kalau buku terbatas) mereka buku dan ceritakan sisi menarik dari buku tersebut. Sesuatu yang  baru bagi daerah tersebut.
Kalau begitu, butuh resourse untuk meng-handle dan memberikan pencerdasan mengenai pentingnya ilmu pengetahuan, membaca, dan buku kepada masyarakat daerah. Dapat darimana orang sebanyak itu?
Perguruan tinggi di Indonesia memiliki anak didik dan alumni dari berbagai daerah. Jumlah alumni dan anak didik ini berkali-kali lipat dari jumlah daerah yang ada di Indonesia. Misal ekstrimnya tiap provinsi diwakili oleh 1 orang pemuda. Cukup 33 orang pemuda seluruh Indonesia bisa cerdas bersama-sama. Tentunya 1 pemuda di satu provinsi memiliki teman seperjuangan di daerah yang sama. Saya yakin tiap pemuda berpendidikan masih memiliki rasa sense of belonging terhadap daerahnya dan Indonesia.
Pendekatan tadi bisa dilakukan oleh perwakilan satu pemuda ini. Tidak perlu muluk-muluk, contohnya meminjamkan 1 buku ke tetangga sebelah. Memajukan daerah berarti memajukan Indonesia juga kan? Tapi nggak boleh arogansi daerah ya.. Emang mau dijajah lagi?
Eits, tunggu dulu.. Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Memberikan pendekatan kepada masyarakat di masing-masing daerah tentunya berbeda-beda. Pengetahuan tentang karakter tiap daerah pun dibutuhkan. Nah lhoh, tambah rumit aja kan?
Jangan lupa, tiap perwakilan daerah kan berasal dari daerah masing-masing. Karakter daerah masing-masing tentunya sudah dikuasai. Lagipula sesibuk apapun mahasiswa dan alumni merantau, pastinya pulang kampung kan? Nah, pada moment inilah tiap orang bisa berbagi buku dan ilmunya kepada masyarakat di kampungnya masing-masing. Easy kan?
Oia ya? Kan kita nggak sendirian. Masih banyak pemuda Indonesia berkualitas di luar sana. Nggak kepikiran sampe ke situ bro..
Indonesia memiliki banyak penduduk dari berbagai suku bangsa. Setidaknya satu pemuda dari tiap daerah bisa membuat gerakan untuk memajukan Indonesia dimulai dari daerah masing-masing. Masih mau nunggu siapa? Siapa lagi kalau bukan kita? So, good luck dan jadilah aktor perubahan.


*Tulisanku satu ini menurutku cukup berbobotlah. Fresh. Hahaha… ^^
 

Berkerudung



‘Kamu Lebih Cantik Berkerudung’, inilah kalimat dari stiker yang kudapat dari acara islami di kampus. Aku sudah berkerudung waktu itu. Aku pun berbisik ke teman di sampingku,
“Hmm, tapi aku lebih cantik kalo nggak pake kerudung,” kenyataan kalau aku lebih cantik tidak berkerudung ini kudapat dari beberapa komentar orang-orang di sekitarku. Sebenarnya aku tidak begitu peduli aku cantik atau tidak mengenakan kerudung. Memakai kerudung itu kewajiban, itu saja. Aku tidak terlalu memerhatikan penampilan. Asal enak digunakan, It’s ok. Rencana berkerudung ini sudah ada sejak kelas 3 SMP. Waktu itu sempat berpikir, jika seragam SMA ku rok panjang akan kuputuskan untuk berkerudung. Namun rencana itu tidak berjalan. Ada pemikiran lain tentunya.
Masih ingat jelas ketika aku daftar ulang di SMA ku, petugas yang ngasih kain seragam bertanya,
“Pake kerudug ato nggak?”
Aku menoleh ke kakakku yang mengantar waktu itu, meminta saran. He just said,
“Up to you”
Yup, semua keputusan ada di tanganku dan aku bilang tidak.
Aku punya alasan. Sebelum lulus SMP, aku melihat orang-orang di sekitarku. Kebanyakan lulus SMA kerja. Pekerjaan mereka biasanya kalau tidak pegawai pabrik ya pramuniaga. Nah, untuk pramuniaga ini ada beberapa yang mewajibkan pagawainya tidak berkerudung. Dan orang-orang di sekitarku rela melepas kerudung mereka untuk bekerja. Bahkan ada yang lulusan dari sekolah Islam dimana selama sekolah mereka berkerudung. Yah, menurutku daripada melepas kerudung lebih baik tidak berkerudung dari awal. Itu alasanku kenapa selama SMA tidak berkerudung. Jadi bukan karena fashion, nggak siap, atau alasan apalah itu.
Itu keputusan yang salah? Sepertinya iya. Tapi aku orang yang sedikit keras kepala. Ada teman semasa SMA juga yang menyarankanku untuk mengenakan kerudung. Ah, sudahlah. Aku punya keputusan sendiri.
Selepas SMA, aku mengikuti tes SNMPTN tahun 2009. Dari orang tua sih sebenarnya tidak disarankan, mereka lebih mendukung kalau aku bekerja. Bahkan kakakku. Tahun depan aja katanya. But, It’s ok. I can do it by my self.
Jadi inget waktu mau beli buku soal SNMPTN di sebuah toko buku di mall. Berkeliling lama dan tak menemukan yang kucari, akhirnya aku bertanya,
“Mbak, buku soal SNMPTN nya di sebelah mana?”
“Wah, sudah dikembalikan mbak,”
Demi apa?? Aku belum beli sudah dikembalikan aja tuh buku. Emang udah telat banget ya beli bukunya. Yah, ini karena terlalu fokus sama UNAS jadi nggak sempet beli buku. Tapi akhirnya aku berhasil mendapatkan buku soal SNMPTN di sebuah toko buku kecil,
“Ini mbak, tinggal sedikit. Versi paling lengkap juga tingga satu,” kata si penjual.
“Iya mbak, yang paling lengkap itu aja,”
Parah, tuh buku versi paling lengkap. Besar bin tebel. Emang bisa selesai makan semua isinya?? Entahlah, yang penting diboyong dulu aahhh..
Singkat cerita, aku diterima di sebuah kampus. Yup, mengenakan kerudung. Kalau mau kerja kan bisa jual keahlian, nggak perlu lepas kerudung. Hehe
Ada pengalaman menarik saat kuliah, tentang kerudung juga. Jadi waktu itu aku masih mahasiswa baru. Koleksi pas fotoku ya foto jaman SMA, belum berkerudung. Daripada penuh di dompet dan belum ada stok pas foto berkerudung, akhirnya kuberikan ke petugas fakultas sebagai persyaratan pengajuan beasiswa. Yang penting ada fotonya kan.
“Dibalik fotonya ditulis nama dan nomor mahasiswanya ya mbak,” kata petugas beasiswa waktu itu.
“Iya Pak,” aku pun menulis dengan cepat dan mengembalikan pas fotoku.
Menerima pas fotoku, si petugas bingung. Dilihatnya foto dan wajahku berulang kali secara bergantian, kemudian
“ Ini fotonya mbak??”
“Iya Pak”
Petugas ini kembali melihat foto dan wajahku lagi dan lagi dengan penuh curiga,
“Nggak mirip” katanya kemudian sambil menggeleng perlahan.
Dieeenggg??? -.-a. Emang segitunya nggak mirip ya?? Padahal itu fotoku. Beneran, asli. Untung aja si petugasnya nggak bilang terus terang gini,
“Kok lebih cantik yang di foto ya mbak??”
Uwaaaa… makjleb banget dah. Hahahaha
Kembali lagi melihat stiker dengan tulisan ‘Kamu Lebih Cantik Berkerudung’. Teman di sampingku ini tiba-tiba bilang gini,
“Kamu lebih cantik berkerudung kok. Yah, cantik di mata Allah”
Eaaaa… diem dah kalo udah kayak gini. Btw, cewek di sampingku ini lulusan pondok di Lamongan. Dan sekarang dia mengajar di sana.
Ngomong masalah bekerja, aku sempat wawancara kerja dan ditanya,
“Mau nggak kalau diminta lepas kerudung?”
Dua perusahaan yang nanya seperti itu, dan jawabanku “Nggak”. And you know, aku diterima. Dapet kerja nggak harus mengorbankan agamamu kan?

Persembahan Unik untuk Wisudawan



Acara wisuda tentunya sangat dinantikan-nantikan oleh mahasiswa. Momen ini tidak hanya membahagiakan para wisudawan tapi juga mahasiswa yang belum lulus. Kok bisa? Tentu saja. Mahasiswa yang belum lulus biasanya merancang acara untuk menyambut wisudawan. Acara-acara kejutan sangat diperlukan agar momen tersebut lebih berkesan di hati semua orang.
Namun, acara yang seringkali digelar di kampus nampaknya terlalu biasa. Acara makan-makan, pentas seni, nyanyi, atau hiburan panggung merupakan kegiatan yang standar, nggak asyik. Nah, kalian butuh inspirasi kegiatan untuk menyambut wisudawan? Hmm... mungkin penyambutan wisudawan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Teknik Industri ITS ini bisa dijadikan referensi.
Acara unik ini khusus digelar oleh mahasiswa angkatan 2009  untuk teman seangkatan mereka yang berhasil lulus 3,5 tahun. Mereka yang lulus satu semester lebih awal ini berjumlah 21 orang dan 7 diantaranya lulus dengan menyandang predikat “cumlaude”. Wow.. lantas apresiasi apa yang dipersembahkan oleh 130an teman-teman seangkatan yang belum lulus? Simak baik-baik ulasan berikut.
1.      Flashmoob satu angkatan
Siapa yang nggak tau flashmoob? Menari secara bersamaan ini sangat menarik perhatian siapa saja yang menyaksikan. Inilah yang dilakukan mahasiswa angkatan 2009 jurusan teknik industri ITS untuk menyambut wisudawan. Ketika wisudawan berada di depan pintu masuk, teman-teman seangkatan yang lain bersiap-siap. Perlahan mereka membentuk formasi di tengah lapangan parkir.
Diiringi musik yang tercipta dari barang-barang bekas seperti galon dan botol ini spontan menarik perhatian semua orang. Selesai membentuk formasi, si “komandan” meniup peluit aba-aba. Tak berapa detik kemudian, flashmoob pun berlangsung meriah. Tak lupa iringan musik barang bekas mulai lebih ramai. Pom-pom yang terbuat dari koran bekas pun menjadi asesoris penari flashmoob kali ini. Wisudawan terpukau. Mereka tidak menyangka kejutan dari teman seangkatannya. Pasti butuh waktu lama untuk mengkoordinasikan dan latihan bareng nih..
2.      Goyang dangdut
Nampaknya, anak-anak Teknik Industri ini tidak lupa dengan salah satu lagu khas Indonesia yakni dangdut. Usai flasmoob, penari segera bergoyang diiringi lagu dangdut berjudul “Kata Pujangga”  yang dipopulerkan Rhoma Irama.
Sambil bergoyang, mereka menarik wisudawan ke tengah lapangan dan bergoyang bersama. Tak lupa, wisudawan diberi bunga dan disematkan pin “buatan sendiri”. Pin bertuliskan nomor mahasiswa masing-masing dan ucapan wisuda itu terbuat dari kardus bekas. Ternyata anak-anak Teknik Industri ini cinta lingkungan. Memanfaatkan bahan-bahan bekas. Patut dicontoh..!!
3.      Lagu Ciptaan Sendiri
Sudah banyak lagu tentang “graduation” yang diciptakan oleh musisi lokal maupun manca negara. Lagu-lagu perpisahan ini seringkali dinyanyikan di acara wisuda atau kelulusan. Liriknya yang pas dan mengharu biru hingga “nancap” sampai ke hati.
Eits. Tunggu dulu. Ada ide cantik untuk menambah momen indah ini menjadi lebih mengena. Yup, menyanyi bareng lagu ciptaan sendiri. Dua orang dari angkatan 2009 Teknik Industri ITS ini menciptakan sebuah lagu untuk angkatannya. Lagu yang pernah dinyanyikan bersama-sama ini dilantunkan kembali ketika wisuda kemarin. Liriknya yang haru membuat bulu kuduk merinding.
Usai nanyi bareng, tiba-tiba ada seseorang diantara mereka yang tampil ke depan dan bergoyang ala “harlemshake”. Penonton yang terkejut pun spontan tertawa, tak terkecuali Bapak Kepala dan Ibu Sekretaris Jurusan. Acara ditutup dengan pelepasan dua puluh satu balon harapan dan foto bareng.

Gimana? Menarik bukan? Jadi, segera siapkan momen wisuda kalian. Rancang peristiwa penting ini seunik mungkin. Kalau bisa lebih gokil dari yang udah dilakukan mahasiswa Jurusan Teknik Industri ITS ini ya..!! Be great, wisuda menantimu. Semangat..!!!

*Kalau ada yang bingung Argent25 itu apa? Itu nama angkatan 2009 Jurusan Teknik Industri ITS. Kenapa namanya Argent25? Karena kami merupakan angkatan Perak (Argent) yakni angkatan ke 25. Warna baju angkatan kami pun abu-abu, warna simple dari perak lah. Emm… aku nggak termasuk yang lulus 3.5 tahun. Hehe… tapi di semester setelahnya. Ternyata sambutan wisuda yang dulu kami persembahkan untuk teman angkatan kami dibalas dengan tarian flashmoob mahasiswa baru. Mereka memakai baju abu-abu, warna angkatan kami. Dan tradisi memberi pin “buatan sendiri” pun masih berlangsung. I got it. Pin besar dari kardus bertuliskan AG160. This is the video.
Foto bareng