Selasa, 27 Januari 2015

Program Menarik di Televisi



Ada yang bilang kalau nonton televisi itu manfaatnya sedikit atau bahkan mungkin tidak bermanfaat. Namun tidak menurutku. Semuanya tergantung dari apa yang ditonton. Meskipun aku tidak berlangganan TV kabel tapi ada banyak acara keren yang bisa kulihat. Minggu pagi itu aku menonton Japan Channel di Metro TV. Aku mulai mengikuti acara ini tiap Minggu pagi. Intinya aku bisa mendapat pelajaran banyak dari acara ini. Berikut ulasannya.
1.      Resepsi pernikahan unik
Resepsi pernikahan di Jepang yang cukup mahal mengakibatkan sebagian besar pasangan menikah tanpa menggelar acara resepsi. Namun ada Wedding Organizer yang mampu membaca situasi. Dia merencanakan resepsi pernikahan yang murah namun tetap meriah.
Tidak ada singgasana, hanya dua sofa anggun diletakkan di bawah pohon rindang. Lokasi resepsi digelar di sekitar wilayah mall. Jadi walaupun yang diundang hanya sedikit (menekan biaya) namun banyak orang yang turut bahagia dan mendoakan yakni pengunjung mall yang lewat. Jadi terasa banyak yang datang. Point penting di sini adalah bagaimana mengambil peluang, kreatif, serta bisa membahagiakan orang lain.
2.      Penggunaan barang teknologi yang dianggap kuno.
Mungkin sebagian orang akan mengatakan teknologi pita kaset ataupun pager sudah ketinggalan jaman. Namun berbeda dengan pemikiran segelintir orang Jepang. Salah satu badan penelitian luar angkasa milik Jepang menyimpan data mereka pada pita kaset. Ketika ditanya kenapa? Padahal kan sekarang sudah jaman modern yang semuanya bisa lebih simple disimpan dalam hard disk. Selain itu, data yang disimpan merupakan data penting yang harus dijaga dengan baik. Jawaban orang-orang di sana cukup mengejutkan. Pita kaset yang mereka gunakan bisa menyimpan data sebesar 30.000 tahun. Menyamai kapasitas hard disk era modern saat ini. Saat dikonfirmasi ke perusahaan pembuat pita kaset mereka mengatakan telah melakukan penelitian mengenai pita kaset ini. Mereka membuat struktur pita lebih kecil dan halus sehingga data bisa tersimpan lebih banyak. Selain kapastitasnya sama dengan hard disk, maintenance pita kaset juga lebih murah serta resiko kehilangan datanya pun kecil.
Sedangkan pager ternyata memiliki keunggulan lebih cepat dalam menyampaikan pesan dbandingkan telepon genggam walaupun terdapat bangunan penghalang antara satu dengan yang lain. Teknologi ini pun masih digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu.
3.      Berlindung di bawah anyaman bambu.
Melindungi rumah dari panas matahari menggunakan anyaman bambu. Hal ini sederhana namun memang bermanfaat. Ketika musim panas di Jepang, anyaman bambu ini sangat laris manis. Biasanya dipasang di teras rumah agar penghuni rumah bisa berteduh dari terik panas matahari.
4.      Menarik pelanggan.
Salah satu toko sepeda di Jepang memasang gambar anime yang sedang populer di kalangan remaja di depan tokonya. Cerita dari anime tersebut memberikan pesan bahwa semua orang bisa bersepeda. Strategi pemasaran tersebut berhasil. Pengunjung semakin banyak berdatangan. Awalnya konsumen kebanyakan adalah laki-laki, namun ketika strategi ini diterapkan terjadi lonjakan pembeli perempuan. Bahkan ketika ditanya kenapa mau membeli sepeda alasannya karena ingin seperti tokoh di komik. Memang toko tersebut menyediakan sepeda yang digunakan di dalam anime serta menjual assesoris berlabel anime seperti botol minum. Harga dari sepeda pun tidak tanggung-tanggung, salah satu pembeli berani membayar sepeda seharga 30an juta rupiah.
5.      Prakiraan cuaca
Prakiraan cuaca sangat penting. Tidak dalam rangkuman hari namun dalam hitungan jam. Kenapa prakiraan cuaca ini sangat penting? Mari kita intip ceritanya.
Salah satu manfaat dari informasi prakiraan cuaca per jam ini sangat dibutuhkan oleh penjual roti di sekitar stasiun. Pasalnya ketika hujan turun penumpang kereta yang masih berada di stasiun tidak akan langsung pulang melainkan menunggu. Di sinilah penjualan toko roti melonjak. Karena pembuatan roti sekitar dua jam makan dibutuhkan prediksi cuaca untuk dua jam ke depan. Jika hujan maka penjual roti akan mulai memproduksi rotinya.
Sebenarnya masih banyak yang aku tonton, tapi lupa. -,-a Selain channel Japan, aku juga sempat menonton film doraemon. Begini kisahnya. Ada orang yang minta diramalkan nasibnya kepada Doraemon dan Nobita. Akhirnya mereka berdua datang ke masa depan dan meilihat pekerjaan orang tersebut di masa mendatang. Ternyata orang tersebut hanya menjadi seorang pegawai biasa. Ketika Doraemon dan Nobita kembali ke masa lalu, orang tersebut bertanya:
“Bagaimana kehidupanku di masa mendatang? Apakah aku akan menjadi penulis terkenal?” tanyanya antusias.
Dengan berat hati Nobita dan Doraemon mengatakan yang sebenarnya. Orang tersebut kecewa. Ia memnutuskan untuk tidak memaksakan diri menjadi seorang penulis. Dia akan berusaha keras di bidang yang lain.
Perubahan pemikiran orang tersebut akan berdampak pada masa depannya. Doraemon dan Nobita penasaran dengan kehidupan orang itu di kemudian hari. Bisa jadi orang itu malah menjadi orang kaya karena telah mengubah pemikirannya.
Sesampainya di masa mendatang, Doraemon dan Nobita terkejut dengan keadaan rumah orang itu. Rumahnya semakin jelek dari sebelumnya. Mereka mencari orang itu dan ternyata orang yang dicari tengah bekerja menjadi buruh pabrik.
Di rumah yang sudah jelek itu, orang tersebut berkata, ”Aku tahu aku pernah ingin diramalkan bagaimana kehidupanku di masa mendatang. Waktu itu kalian bilang aku tidak akan menjadi penulis terkenal dan aku mengurungkan niat untuk menjadi penulis terkenal. Namun berjalannya waktu, aku merasa satu-satunya pekerjaan yang aku sukai adalah menulis. Jadi aku masih terus menulis hingga saat ini. Sepulang dari kerja aku menulis. Walaupun pada akhirnya tidak ada yang membaca tulisanku setidaknya aku melakukan hal yang aku sukai,” ceritanya panjang lebar. Dia terlihat ikhlas dan bahagia.
Tak lama kemudian, ada banyak reporter yang datang ke rumah orang itu dan menanyakan karyanya. Nobita dan Doraemon tersenyum. Perjalanan pulang Nobita berkata, “Kita tidak tahu kehidupan seseorang pada masa mendatang.”
Saya sepakat dengan pernyataan Nobita. Kita tidak bisa memvonis masa depan seseorang hanya dari latar belakang dan pencapaiannya saat ini. Masa depan masih misteri, tidak ada yang tahu. Namun yang pasti, apapun yang kita lakukan sekarang adalah sebab dari masa mendatang. Jadi lakukan yang terbaik, apapun pekerjaan itu. Tapi jangan yang melanggar hukum dan agama ya. ^^

Minggu, 11 Januari 2015

Wonderfull Indonesia



1 Januari 2015. Di penghujung tahun 2014 Pakdheku meninggal dunia.  Tanggal 1 Januari 2015 merupakan peringatan tujuh harinya. Aku dan keluarga mengunjungi rumah Pakdheku. Kami datang di sore hari tanggal 31 Desember 2014. Tak ada perayaan malam tahun baru hari itu. Yang ada hanya doa khusus yang dipanjatkan untuk Pakdheku.
Suara adzan Shubuh menggema. Menyeruak membuyarkan keheningan malam pekat yang mulai memudar. Aku terbangun, mandi dan sholat Shubuh di musholla bambu pribadi, sendirian. Tak lama, anggota keluarga yang lain mulai bangun. Pagi itu salah satu adik sepupuku berkata,” Mbak, ayo kita bereskan semua yang ada di sini terus pergi.”
“Kemana?” tanyaku memastikan. Sebenarnya aku ingin pergi ke bukit belakang rumah. Aku pernah ke sana, sekali. Itu pun ketika aku masih kelas dua sekolah dasar. Tak sampai puncak pula.
“Bukit belakang rumah, kolam renang yang baru dibuka, atau kemana aja lah. Yang penting jalan-jalan. Aku pengen refreshing,” jawabnya menggebu-gebu. Apa di pondok pesantren sebegitu stressnya hingga adik sepupuku ini ingin sekali keluar jalan-jalan? Entahlah.
“Ok, kamu dan yang lain menyapu halaman rumah, aku masak sarapan. Kita pergi ke bukit belakang rumah,” ucapku mantap.
“Ok,” jawabnya singkat dan cepat. Sedikit kaget karena aku tak menerima bantahan dari instruksiku. Kami melaksanakan tugas kami masing-masing. Adik-adikku menyapu halaman rumah yang cukup luas dan aku memasak.
Waktu menunjukkan pukul enam pagi saat semua pekerjaan beres dan kami sudah sarapan. Menunggu beberapa saudara yang masih mandi dan berdandan. Sekitar pukul setengah tujuh pagi kami memulai perjalanan kami. Hanya beberapa ratus meter ke belakang rumah.
Kukira jalanan yang kami lalui tak perlu berbelok-belok, lurus saja. Nyatanya perkiraanku meleset. Sepanjang jalan tak beraspal ini kami berkali-kali berbelok, bahkan lewat di gang rumah orang. Dan akhirnya sampailah kami di bukit itu. Bukit yang mengemban nilai sejarah, keindahan, dan kehidupan. Di sambut pula dengan kicauan burung dari atas bukit. Seakan memanggil dan menunggu kedatangan kami.

 Bukit Kapur

Pertama kali melihat kawasan ini aku merasa takjub sekaligus miris. Bukit kapur nan indah terlampau mencengangkan. Namun terlihat dua alat berat pengeruk modern bertengger manis di sana. Itu yang kumaksud “bukit yang mengemban keindahan dan kehidupan”. Keindahan musti lenyap karena kehidupan, atau kehidupan yang tak kan berlangsung demi mempertahankan keindahan.
Hari masih pagi, tak banyak penambang kapur yang bekerja di ladang kapurnya. Kami asik menikmati pemandangan di sini. Berkali-kali menggumam “Subhanallah” saking indahnya. Pemandangan aslinya lebih menakjubkan daripada hasil jepretan kamera.

Tampak Awal Bukit Kapur

 Pemandangan di Bukit Kapur

 Sebagian Bukit Kapur Sudah Tereksplor

Pemandangan di Bukit Kapur

Pemandangan di atas sedikit mengingatkanku pada buku sejarah, bab kerajaan di Indonesia. Dimana tempat prasasti atau benda berharga lainnya ditemukan. Atau seperti pemandangan penemuan kota peradaban yang hilang. Seperti adanya sisa reruntuhan atau bangunan yang berbentuk balok. Hampir mirip menurutku.

 Gua di Bukit Kapur

Kami tidak berani masuk. Di mulut gua ini saja terdapat semak belukar yang tinggi pertanda sudah lama tak pernah dilalui manusia. Konon katanya gua ini merupakan tempat penyimpanan senjata perang pada masa kedudukan Belanda diteruskan penjajahan Jepang. Di depan gua ini dulunya terdapat meriam yang cukup besar. Penemuan granat di sekitar daerah ini juga bukan hal yang asing lagi di masa lalu. Meriam sudah tidak ada lagi di sini.
Kami hanya menjelajah bukit kapur bagian selatan. Bentangan bukit kapur ini masih panjang ke utara. Ada yang bilang kalau di bukit sebelah utara terdapat gua juga. Namun di dalamnya terdapat kamar-kamar sebagai tempat peristirahatan.
Gua dan barang-barang peninggalan sejarah tak terawat di sini. Siapa yang menjamin bahwa gua-gua dan bukit kapur ini akan tetap ada selama eksplorasi kapur masih gencar dilakukan? Kebutuhan akan kapur dan kehidupan manusia dengan perlahan bisa menghilangkan peninggalan sejarah.


Tanah di Bukit Kapur

Walaupun bukit kapur ini terdiri dari kapur namun masih bisa ditumbuhi rerumputan dan pohon. Aku pernah melihat tambang kapur di layar kaca dan tak kujumpai tanaman yang tumbuh di sana. Jadi agak kaget ketika di sini kapur dan tumbuhan hidup berdampingan dengan sangat akurnya.

 Pemandangan Dari Atas

Sekilas hasil jepretan di atas sederhana saja. Namun ini merupakan salah satu tantangan untuk orang penyuka fotografi. Aku memotret pemandangan ini benar-benar dari atas bukit yang cukup tinggi dan curam. Agak ngeri.

 Tebing Curam, Tantangan Pertama

Ini merupakan awal dari tantangan yang akan kami hadapi. Kami berenam, perempuan, hanya bermodalkan tekad dan rasa ingin tahu, memanjat tebing dengan sudut kemiringan hampir sembilan puluh derajat, tanpa pengalaman dan peralatan keselamatan, mengenakan rok pula. Satu per satu dari kami akhirnya berhasil melewati tantangan pertama ini.

Pemandangan Setelah Melewati Tantangan Pertama

 Kapur Seperti Salju yang Belum Meleleh Sempurna

Kalau dilihat dari jauh, warna putih kapur yang bermunculan di permukaan tanah mengingatkanku pada lelehan es di atas gunung yang belum mencair sempurna. Seperti di pegunungan Alpen mungkin.

 Pemandangan Seperti di Pegunungan Alpen

 Pemandangan dari Atas

Sebelum mencapai ini, kami melewati tantangan kedua. Hampir mirip tantangan pertama namun lebih tinggi.


Terlihat Laut dari Atas Bukit

Sayang kamera tidak bisa mengabadikan dengan sempurna. Di ujung sana sebenarnya bukan sepenuhnya langit. Sebagian dari itu adalah laut yang tampak dari kejauhan.


Cawan Alam

 Rumah Penduduk


Menuju Puncak Terakhir



 Pemandangan Dari Puncak Bukit


Seperti Terumbu Karang di Daratan

Pengambilan Bongkahan Kapur

Aku baru tahu kalau pengambilan kapur adalah seperti gambar di atas. Aku kira pengambilan kapur itu dikeruk kapurnya, dihaluskan, baru dicetak. Ternyata tidak. Bongkahan kapur dicetak langsung dari bukitnya. Mungkin hampir sama dengan pengambilan batu marmer.


Objek yang Ditemui Saat Akan Pulang

 Pemandangan Saat Pulang

 Hewan Ternak Di Atas Bukit

Sempat heran juga bagaimana para kambing ini mencapai puncak bukit? Bukankah jalan menuju ke sini cukup curam dan menguji adrenalin? Apakah para kambing ini sudah cukup lihai dalam hal panjat-memanjat? Tebing securam itu? I don’t think so. Dan seperti dugaanku, ada jalan alternatif lain tanpa harus melalui tantangan-tantangan tadi. Tentu saja. Ada jalan yang lebih landai. Namun jaraknya akan sangat jauh dari rumah kami. Jadi ingat waktu rekreasi kelas dua SMA. Sore hari sesampainya di vila, aku melihat puncak bukit dari vila kami. Iseng aku berkata ingin mencapai bukit itu. Tapi tentu saja semua hanya menanggapinya sebagai gurauan. Mendaki bukit? Tidak ada dalam planning. Tapi siapa sangka, keesokan paginya sebagian temanku jalan-jalan ke pasar dekat vila. Aku tidak ikut karena sibuk memasak sarapan dengan yang lain. Saat teman-temanku tiba di vila, aku juga ingin jalan-jalan ke pasar. Saat kami sedang berjalan menuju pasar, salah seorang dari temanku menyarankan agar naik bukit saja. Toh tadi ada sebagian yang sudah ke pasar, untuk apa ke sana lagi. Ok, kami setuju.
Awalnya kami hanya naik di lereng pertama. Lama kelamaan kami penasaran dan sampailah di atas bukit, dengan perjuangan keras tentunya sebab kami tidak melalui jalan yang semestinya. Saat tiba di atas salah satu dari kami menasehati agar jangan terlalu capek, dikhawatirkan dehidrasi. Tentu saja tak ada satu pun diantara kami yang membawa minum, menuju atas bukit ini tidak termasuk dalam planning. Dan saat pulang dari mendaki bukit itu, kami menemukan jalan lain untuk turun. Ternyata ada turunan bertangga yang sangat mudah diakses. Namun jarak antara kaki bukit saat naik dan turun sangat jauh. Jadilah kami berjalan lama, berfoto di tengah jalan, dan saat tiba di vila air mati.
Ok, kembali ke perjalanan bukit kapur. Selain jauh, jalan alternatif ini cukup beresiko karena harus melewati jalan diantara tebing yang bisa sewaktu-waktu roboh. Tidak mau mengambil resiko, kami pun pulang melalui jalan sebelumnya. 


 Menuruni Tebing

Jalan yang kami lalui saat berangkat dan pulang sama, begitu pula dengan tantangannya. Kami akan turun dari tebing ini. Seperti akan meluncur ke mulut jurang. Apa kalian pikir kami bercanda? Tentu saja tidak. Kami benar-benar turun, mengenakan rok panjang yang serba ribet.

 Melewati Tantangan

 Gerbang Pulang

Batu yang timbul tinggi ini laksana pintu gerbang atau gapura di kerajaan Indonesia jaman dulu. Condong dan melengkung ke dalam. Kami beristirahat sebentar di sekitar sini.


Perjalanan Pulang

Kami berada di kaki bukit kapur. Tingginya bukit ini menandakan bahwa tubuh kami sangat kecil jika disandingkan dengan ciptaan Allah yang lebih besar.


Jalan Berliku dan Menurun

Setelah melalui jalan ini, kami tidak serta merta meninggalkan bukit kapur. Karena setelahnya kami disambut dengan pemandangan kaki bukit kapur yang lain.
 Jembatan Batu

Gambar dia atas seperti jembatan dari batu. Kanan dan kiri jembatan ini merupakan ladang kapur bagi masyarakat. Mereka mengikis sedikit demi sedikit kapur yang ada di bukit ini untuk menyambung hidup.


Bongkahan Kapur yang Dieskplorasi


Jalanan Pulang

Perjalanan kami usai. Tak terasa sudah tiga jam kami menjelajah “bukit di belakang rumah”. Pemandanga menakjubkan hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah. Namun perjalanan menuju bukit ini menurutku cukup berbahaya untuk umum mengingat banyaknya jurang-jurang curam dan tanpa fasilitas serta akses yang aman untuk mencapai puncaknya.
Setibanya di rumah bukannya istirahat tapi kami malah disuruh ke pasar untuk berbelanja. Motor dipakai semua. Meskipun jarak pasar dengan rumah hanya berjarak beberapa ratus meter saja, tapi dengan kondisi kami yang baru saja menguras tenaga habis-habisan, perjalanan ke pasar akan sangat memberatkan. Alhamdulillah kami disambut dokar yang melintas tepat di depan rumah. Kami pun ke pasar menumpang dokar. Rencana ingin makan bakso rujak di pasar kandas ketika si penjual menginformasikan bahwa dagangannya sudah tandas. Akhirnya kami membeli martabak dan dimakan bersama-sama sesampainya di rumah.
Perjalanan selesai, meskipun hanya sehari (aku hanya diberi libur sehari dari kantor, hanya di tanggal 1 Januari 2015) tapi terasa sangat menyenangkan. Aku tiba di rumah tengah malam dan esok paginya harus masuk kerja. Yang bisa dilakukan hanya mensyukuri yang ada dan menargetkan apa yang ingin dicapai kedepannya. Bismillah ^^.