Diterima di
kampus bernama Institut Teknologi Sepuluh Nopember merupakan momen paling
mengharukan dalam hidupku hingga saat ini. Tepatnya hari Sabtu pagi, tanggal 1
Agustus 2009 aku dinyatakan diterima di kampus yang cukup bergengsi di wilayah
Jawa Timur, bahkan di jurusan yang cukup elit pula. Keputusan ingin menjadi
bagian dari kampus yang diisingkat ITS ini bukan sekedar pemikiran saat di
bangku SMA namun keinginan ini telah kurencanakan sejak SMP kelas VII. Ya, aku
ingin menjadi mahasiswa ITS tak lama setelah lulus SD. Dan Alhamdulillah
rencanaku sesuai dengan rencana Allah.
Terkejut
diterima di ITS? Tentu saja. Sebelumnya tak pernah terpikirkan dapat masuk di
kampus ini. Masih teringat ketika beberapa orang yang mempertanyakan keinginan
dan kemampuanku masuk ITS. Mimpiku terlalu tinggi katanya. Minder? Of Course.
Beberapa kali aku mempertimbangkan keputusanku. Dan akhirnya, apa salahnya
dicoba?
Hari pertama di
ITS, aku dibantu sama teman-teman seperjuangan SMA, Karina Adelia dan Ajeng
Fitria, yang juga diterima di kampus ini. Awal-awal masuk kuliah pun ada teman
sejurusan yang menawarkan untuk menginap di kosnya. Maklum, kegiatan
pengkaderan di ITS seringkali selesai hampir tengah malam.
Di tahun
pertama, mahasiswa baru (Maba) tidak diperbolehkan mengikuti organisasi. Pasalnya
mendaftar sebagai anggota organisasi harus mendapatkan ijin dari ketua himpunan
(kahima) jurusan. Ijin ini hanya bisa didapatkan ketika mahasiswa berhasil
melampaui proses pengkaderan sekitar satu tahun pertama. Namun MaBa diperbolehkan
mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM ini semacam ekstrakurikuler di
SMA. Iseng, aku pun ikut mendaftar UKM bahasa asing. Di sini memperlajari dua
bahasa asing, bahasa Inggris dan Jepang.
Awam dengan
bahasa Jepang, aku pun ingin mempelajarinya. Di UKM ini aku bertemu dengan
orang-orang keren dari berbagai jurusan. Beberapa diantara mereka adalah Mas
Mahendra (Fisika) ketua departemen di bahasa Jepang, Mas Galih (teknik mesin)
yang ternyata rutin mengikuti dan juara olimpiade fisika nasional serta nilai
IPKnya nyaris sempurna, Mas Dimitri (kalo nggak salah jurusan sistem Informasi)
ketua UKM bahasa asing yang melanjutkan studi di Taiwan. Bertemu dengan
orang-orang keren membuatku senang. Bisa belajar banyak hal dari tipe orang
yang berbeda-beda.
Satu hal yang
membuatku heran adalah ketika aku ditunjuk sebagai sekretaris UKM bahasa asing
di tahun kedua. Aku merasa kontribusiku tidak banyak apalagi dalam penguasaan
bahasa asing. Tapi jabatan ini akhirnya tetap harus kujalani dengan banyak
belajar karena belum pernah menjadi sekretaris. Dukungan dari teman-teman UKM
sangat membantu selama proses pembelajaran ini.
Tahun kedua, aku
tidak hanya menjabat sebagai sekretaris UKM bahasa asing atau ITS Foreign
Language Society (IFLS). Aku juga aktif berorganisasi di organisasi keislaman
tingkat institut atau Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI ITS), organisasi
keislaman tingkat jurusan yang bernama Masyarakat Studi Islam Ulul Ilmi (MSI
UI), serta menjadi staf di kementerian media dan informasi BEM ITS. Mengemban
empat organisasi dengan latar belakang dan lingkungan berbeda di waktu yang
sama sangat sangat menyenangkan. Kamu bisa belajar banyak hal mulai dari
keberagaman orang-orangnya, cara kerja dan cara berkomunikasinya.
Aku kembali
diherankan ketika mendapatkan bingkisan dari organisasi keislaman tingkat
institut. Aku termasuk staf terbaik katanya. Dibimbing oleh orang-orang keren
seperti Mbak Luim dan Mbak Dian serta kerjasama dengan teman-teman seperjuangan
di departemen Hubungan Lembaga Eksternal membuatku memperkuat ukhuwah dan ilmu
agama. Banyak yang dipelajari di organisasi ini. Yang paling berkesan adalah
mengkoordinir dan membantu kegiatan di bulan Ramadhan dan Bakti Sosial. Tapi sekali
lagi, aku merasa kontribusiku masih kurang.
Menjadi staf
biro usaha dan dana di MSI membuatku sedikit kewalahan. Bayangkan saja, terdapat
lima orang staf di biro ini dan aku satu-satunya staf perempuan. Berjalannya
waktu, biroku ditambah satu staf perempuan lagi.
Menjadi reporter
adalah keinginan sejak SMP kelas VII. Dan profesi ini kudapatkan ketika menjadi
staf di Kementerian Media dan Informasi (Medfo) BEM ITS. Tiap staf di Medfo
mendapat tugas meliput. Pengalaman pernah bertemu dengan forum penulis seluruh
Jawa Timur, kunjungan ke Perusahaan Media di Surabaya, mengadakan seminar
kepenulisan popular tingkat nasional, membuat buletin, dan masih banyak lagi.
Senang sekali
mendapat bimbingan keren dari Mas Median (teknik informatika) sebagai menteri,
Mbak Nila Cynthia D (sistem informasi) sebagai sekmen, Mbak Putri (teknik
kimia), Mas Satrio (sistem informasi), Mas Rischan (teknik informatika), Mbak
Dhila (teknik industri), Mbak Adiba (arsitektur) dan teman-teman Medfo
‘Mencatat Sejarah dengan Cinta’.. Terima kasih sebelumnya untuk teman
seperjuangan Medfo, Icha, Lutfia, Dhila, Ayu, Mukti, Randika, Heri, Febi,
Nafis, dan Faiz. Mereka adalah rekan-rekan keren yang membuatku belajar banyak
hal. Belajar beradaptasi, berorganisasi, berkomunikasi, kerja dalam tim, dan
pelajaran-pelajaran berarti lainnya.
Di tahun ketiga,
aku ingin mengamalkan ilmu yang telah kupelajari. Ada dua cara yang bisa
kulakukan. Pertama adalah menjadi asisten di lab jurusan dan yang kedua adalah
menjadi pengajar privat. Namun cara pertama yang kupilih. Setelah menjalani
proses seleksi asisten lab sistem manufaktur sekitar dua bulan, akhirnya aku
diterima beserta lima teman yang lain. Asisten lab sistem manufaktur batch
pertama angkatanku ada Amik #98, Vita #99, Hendri #100, Chris #101, Aku #102,
dan Okky #103.
Image asisten
lab sistem manufaktur yang tegas, cerdas, keras, dan disiplin awalnya sangat
terasa. Butuh beberapa bulan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru
ini. Bekerja di bawah tekanan tidak dapat dihindari. Deadline yang tiba-tiba
dengan load kerja yang tidak sedikit membuat kami, asisten baru, sedikit
kewalahan. Namun menurutku di sinilah pengalaman paling menarik.
Di sisi lain,
asisten lab sistem manufaktur dikenal sangat akrab antar anggotanya. Kondisi
yang terlalu banyak tekanan membuat kami lebih sering saling membantu, bertukar
pikiran, menghabiskan waktu di luar bersama-sama, intinya bersenang-senang dan
bersusah-susah bersama. Dan di tahun ketiga, aku banyak menghabiskan waktuku di
kegiatan dalam lab.
Selain menjadi
asisten lab, di tahun ketiga aku juga menjabat sebagai asisten sekretaris
kementerian komunikasi dan infromasi BEM ITS. Kembali lagi belajar dan
beradaptasi dengan orang-orang baru. Menteri Kominfo kali ini adalah Mas Dewa
(teknik informatika) dan Mbak Nila (sistem informasi) sebagai sekmen. Di sini
kembali bertemu dengan orang-orang keren di bidangnya yakni Mukti (teknik
kimia), Ana (teknik kimia), Nafis (teknik informatika), Misbach serta Ivo (sistem
informasi). Dan tentunya kini aku berkenalan dengan staf-staf muda Kominfo yang
sangat energik dan penuh ide.
Bekerja
freelance mulai membuatku tertarik. Ketika ada lowongan sebagai maintenance
website, aku pun mencobanya. Di hari pertama rapat, aku terlambat. Dimarahi?
Tentu saja. Tapi aku sangat sadar dengan kesalahanku dan mulai memperbaikinya.
Terima kasih kepada Bu Maria Anitya Sari. Beliau telah mengajarkanku bagaimana
menjalani kehidupan. Aku tahu bahwa kerja itu ibadah, tapi Bu Maria lebih bisa
memberikan gambaran bagaimana seharusnya bekerja itu.
‘Kerja itu tanggung jawab
kita kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Maka bekerjalah dengan sebaik-baiknya’.
Selain itu, Bu Maria juga merupakan sosok pengajar ideal. Sangat bertanggung
jawab atas perkuliahan mahasiswanya, memiliki beberapa anak asuh untuk membantu
pendidikan mereka, serta bertukar pikiran dengan orang-orang yang ingin
memajukan bangsa Indonesia. Contoh nyata yang dapat kusaksikan. Aku pun belajar
banyak dengan pengalaman dan proses bertukar pikiran ini.
Menikmati menjadi mahasiswa telah kujalani
selama empat tahun terakhir. Kini saatnya berkontribusi dan melakukan aksi
nyata untuk bangsa Indonesia. Terkadang aku berpikir bahwa apa yang telah aku dapat dan
proses yang telah kujalani semata-mata bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk berbagi.
Mungkin bukan hanya aku yang berpikiran seperti ini, tapi berapa orang yang
telah melakukan aksi nyata sebagai buah pemikirannya? Indonesia negara yang
besar, jadi butuh banyak orang untuk mulai membangkitkan kejayaannya kembali.
Semoga tiap pribadi dari kita bisa sadar dan mulai bertindak, tidak terkecuali
aku.