(Kamis, 27 Juni
2013) Bali, sewaktu perpisahan SMP aku dan teman-teman satu sekolah berlibur ke
Bali. Banyak tempat yang kami kunjungi namun tidak benar-benar mengenal Bali.
Yang kami ketahui hanya sebagian tempat wisatanya saja.
Kesempatan
mengunjungi Pulau Dewata untuk kedua kalinya kudapatkan ketika menjadi asisten
proyek dosen. Tawaran ini datang ketika aku tengah mengerjakan Tugas Akhir.
Eksperimen yang kulakukan masih belum memperlihatkan titik terang, masih buntu
waktu itu. Banyak yang harus diperbaiki. Bahkan alat yang kubuat pun belum
diuji coba. Waduh. Padahal aku mengerjakan Tugas Akhirku dari semester tujuh.
Sidang Proposal TA (Seminar) pun aku mendaftar dan maju paling awal, akhir
Maret kalau tidak salah. Mungkin ini akibat dari aku yang mengambil Tugas Akhir
yang isinya ada materi Teknik Elektro, Peternakan, dan Teknik Industri. Tiga
jurusan menjadi satu ditambah eksperimen dan membuat prototype alat.
Ok, dengan jadwal
sidang yang mepet (aku sidang tanggal 25 Juli 2013) aku mendapat tawaran
bertugas selama tiga hari di Denpasar. Hmm hanya tiga hari, bolehlah. Nampaknya
aku pun butuh menjernihkan pikiran dari Tugas Akhirku sejenak. Aku menerimanya.
Satu minggu sebelum
keberangkatan, dosen kami memberitahu bahwa tugas kami di sana sangat padat. Dengan
banyaknya pertimbangan akhirnya disepakati kami akan berada di Denpasar selama
enam hari. Aku menerimanya sembari memikirkan rencana agar tugas ini tidak
mengganggu eksperimenku. Oke, aku berangkat.
Kami, satu tim,
terdiri dari empat orang. Dua laki-laki dan dua perempuan. Aku baru berkenalan
dengan partner kerja perempuanku satu minggu sebelum keberangkatan.
Bagaimanapun caranya kami harus bisa sangat akrab. Sedang dua laki-laki lain
merupakan temanku satu jurusan, sudah kenal sejak mahasiswa baru.
Akomodasi telah
dipersiapkan. Kami berangkat berempat tanpa dosen. Ini adalah kali pertama aku
naik pesawat bersama teman-teman pula. Jadwal pesawat kami sore. Suasana
bandara cukup ramai.
Suasana di Bandara Juanda dan Tiket Pesawat
Penerbanganku
dimulai. It was the first time. Memotret
awan dari dalam kabin pesawat untuk pertama kali.
Awan dari Atas
Puas mengamati
tumpukan kapas putih membentang kami pun tiba di Bandara Ngurah Rai.
Pesawat di Bandara Ngurah Rai
Kami memasuki
kawasan Bandara Ngurah Rai. Hal pertama yang berbeda dari bandara ini adalah
bau dupa yang mengudara. Aku jadi teringat dengan tetanggaku dulu yang orang
Bali. Tiap pagi bau dupa ini tercium dari arah rumahnya. Kami memilih taksi
untuk tranportasi dari bandara ke hotel. Di dalam taksi ini pun terdapat dupa.
Selama perjalanan ke hotel, aku sempat menjepret patung tak jauh dari bandara.
Suasana Bali waktu itu pun dapat kuabadikan di balik kaca taksi.
Patung di Bandara Ngurah Rai dan Pemandangan Langit
Bali
Di hotel pun
demikian, bau dupa masih menyeruak. Kembali aku teringat pada kawan lamaku. Dia
sudah pindah ke Denpasar. Namun pesanku tak kunjung dibalasnya padahal saat itu
kami berada di kota yang sama.
Aku dan teman
perempuanku di satu kamar. Pemandangan luar dari hotel cukup bagus.
Pemandangan di Luar Hotel
Kami sholat Maghrib
kemudian menunggu hingga Isya’. Setelahnya kami memutuskan untuk makan malam.
Malam itu gerimis. Kami berjalan keluar hotel dan makan mie pangsit di pinggir
jalan tak jauh dari hotel. Berteduh dari amukan hujan yang tiba-tiba mengguyur
waktu itu. Usai makan kami kembali ke hotel.
Setibanya di hotel
kami menyusun rencana tugas kami keesokan harinya. Kami sepakat menyewa dua
motor untuk menjelajah Denpasar. Membagi rute tiap tim. Satu tim terdiri dari
satu laki-laki dan perempuan.
Keesokan harinya
setelah sarapan kami bergegas bertugas. Seingatku aku ke arah bagian utara
Denpasar. Waktu itu hari Jum’at. Aku dan temanku mengunjungi salah satu sekolah
di Denpasar. Aku menemukan sesuatu yang unik. Banyak siswa yang mengenakan
selendang diikatkan di pinggang dan sarung kalau tidak salah. Pakaian khas
Bali. Mungkin mereka usai melakukan sembahyang. Aku sangat senang memperhatikan
mereka. Sesuatu yang tidak akan ditemui di Pulau Jawa.
Aku kagum dengan
sekolah ini. Bangunan sekolahnya bergaya kerajaan Indonesia jaman dulu. Kelas berpintu
dua dengan ukiran khas dari kayu. Sangat tradisional. Pagar-pagarnya pun
demikian, terbuat dari batu bata dan ukiran tanah liat. Semuanya serba artistik.
Bahkan dari kejauhan tidak terlihat bahwa ini sebuah sekolah.
Waktu sholat
Jum’at, rekanku akan melaksanakan sholat Jum’at. Aku menunggu di sebuah balai
dekat sekolah TK di samping masjid. Di sini aku bertemu dengan ibu-ibu yang menunggu
jemputan. Beliau sedikit kaget dengan keberadaanku mungkin karena aku
berkerudung. Kami sedikit mengobrol masalah toleransi agama. Aku baru sadar tengah
berada di wilayah penduduk yang mayoritas non muslim. Di tempat ini aku sempat
memotret beberapa objek.
Objek Sekitar Masjid
Menurutku ini
adalah perjalanan yang menyenangkan. Keliling kota Denpasar yang aku belum tahu
sebelumnya. Mencari tempat-tempat di wilayah baru. Perjalanan kami pun cukup
menantang. Bayangkan saja, selama hampir seharian kami berkeliling langit Kota
Denpasar diguyur hujan. Tanpa jas hujan kami menerjang derasnya air yang turun
dari langit waktu itu. Cuaca sangat cepat berubah. Padahal tadi pagi langit
cerah.
Sudah sore, kami
pun akhirnya berkumpul dengan tim lainnya. Kami bertemu di suatu taman. Aku
lupa namanya. Kami makan somay dan menikmati balapan mobil di sini.
Dua Tumpukan Pelangi dan Suasana di Taman
Hujan deras yang
mengguyur lama dan terus menerus membentuk dua pelangi di langit. Yang satu
agak samar di atasnya.
Hari masih sore,
kami menuju pantai Shindu. Dulu waktu SMP aku juga pernah mengunjungi pantai
ini karena dekat penginapanku dulu.
Pemandangan di Pantai Shindu
Menjelang maghrib
kami kembali ke hotel. Kami sepakat makan malam bersama. Akan tetapi kami
terpisah di tengah jalan dan akhirnya makan malam masing-masing. Aku dan salah
seorang temanku makan makanan padang di dekat hotel. Kami memutuskan kembali ke
hotel dan mencari warung terdekat. Usai makan dan setelah kami berempat
berkumpul di hotel kami mencari cemilan di supermarket dekat hotel.
Suasana Malam dari Jendela Hotel
Suasana Pagi dari Jendela Hotel
Kami kembali
menyusuri jalanan di Kota Denpasar. Kali ini timku menjelajah ke wilayah selatan,
daerah pesisir Denpasar.
Wilayah Bagian Selatan Denpasar
Transportasi dan Peralatan Selama Bertugas
Padahal kami ada di
Denpasar namun menu makan kami tidak jauh beda dari biasanya. Kami tidak
mencari makanan khas Bali. Alasannya karena kami tidak tahu tempatnya.
Makan Malam Kami
Makan selesai, kami
menuju Pantai Kute. Jalanan di sini cukup ramai. Namun aku mengabadikan suasana
Pantai Kute yang tenang di malam hari.
Suasana Pantai Kute di Malam Hari
Pulang dari Pantai
Kute tiba-tiba gerimis. Kami tetap menerjang dan akhirnya sampai di hotel.
Pagi hari, kami
meluncur ke Pantai Sanur melihat sunrise.
Suasana Pagi di Pantai Sanur
Hari ketiga
bertugas, kami menelusuri daerah Denpasar yang jarang dikunjungi. Aku bersama
tim menuju salah satu tempat di ujung yakni pelabuhan yang masih baru diresmikan.
Kami masuk kawasan ini. Banyak sekali kapal-kapal bersandar. Pohon bakau pun
terlihat di kanan kiri jalan ke pelabuhan ini.
Kondisi Sekitar Pelabuhan
Selesai dengan
tugas hari itu, kami pun makan di sebuah restaurant fast food. Tidak ada yang bisa dikerjakan lagi kami pun kembali ke
hotel. Malam harinya kami makan di sebuah warung sea food.
Malam itu sudah ada
tim dari Pusat untuk acara keesokan harinya. Selama dua hari selanjutnya kami
sibuk dengan acara di hotel. Kamar kami dipindah. Pemandangan dari jendela
kamar ini tidak begitu bagus karena berbatasan dengan gedung sebelah.
Hari terakhir kami
menyempatkan diri membeli oleh-oleh. Waktunya sangat mepet dengan keberangkatan
pesawat. Semuanya berjalan dengan lancar dan kami pun pulang. Aku langsung
melanjutkan kembali eksperimen Tugas Akhir ku yang tertunda. Baru sampai di
rumah tanggal 3 Juli 2013 padahal sidangku tanggal 25 Juli 2013. Pengumpulan
laporan satu minggu sebelumnya. Aaaaa. Alhasil aku ngebut dan Alhamdulillah laporan
pun terselesaikan.