Minggu, 28 September 2014

Pesona Makassar



(Senin, 11/11/13) Aku belum pernah ke pulau lain selain Jawa Madura Bali. Kesempatan mengunjungi penduduk di wilayah RI di pulau lain kudapatkan ketika menjadi asisten proyek dosen. Saat itu aku dan seorang temanku, sama-sama perempuan, merencanakan perjalanan kami yang tidak biasa itu. Kami asing dengan pulau Sulawesi. Diantara kami belum ada yang pernah ke sana. Ok, persiapan dimulai.
Akomodasi.
Kami mencari jadwal dan harga tiket pesawat. Mendapatkan yang kami inginkan kami pun konsultasi ke dosen. Beliau menyetujui dan berbaik hati memesankan tiket tersebut untuk kami berdua, tiket PP Surabaya-Makassar.
Tiket pesawat selesai, kami pun mereservasi hotel. Mencari lokasi hotel dekat lokasi tujuan beserta harga yang terjangkau. Akan tetapi ketika sampai di lokasi yang dituju ternyata kami kurang tepat memilih lokasi hotel. Di sekitar lokasi tujuan ada hotel yang lebih dekat dengan nama hotel sama. Akhirnya kami memilih hotel yang lebih dekat.
Untuk transportasi dari tempat kami ke bandara Juanda dan dari bandara Hasanuddin ke lokasi kami memilih naik taksi. Meskipun sepertinya agak “lebih mahal” saat naik taksi dari bandara Hasanuddin ke lokasi, it’s ok. Setidaknya kami selamat sampai tujuan. Keluar dari bandara Hasanuddin kami disambut oleh sebuah patung. Aku pun menemui hal serupa ketika mendarat di bandara Ngurah Rai dengan patung berbeda tentunya. Namun tak pernah kujumpai patung di sekitar bandara Juanda. Adanya replika pesawat.
Patung di Bandara Hasanuddin

Agar biaya pesawat tidak mahal-mahal amat, kami pun memilih jadwal promosi penerbangan yang cukup ekstrim. Pesawat berangkat dari Juanda sekitar pukul lima pagi begitu pula pulang dari Makassar. Alhasil kami harus berangkat sekitar jam tiga dari tempat kami. Suasana di Juanda saat itu sangat sepi.

 
Suasana di Bandara Juanda Dini Hari
 
Tiket Pesawat Surabaya-Makassar

Mobilitas di sana? Terus terang kami harus mengunjungi tiga lokasi berbeda saat di sana. Beberapa alternatif kami susun, salah satu diantaranya adalah menyewa mobil. Salah satu teman menyuruh kami waspada karena itu di pulau lain yang kami belum pernah ke sana, sendirian pula. Konsultasi ke dosen, beliau menyarankan agar mencoba meminta diantar oleh ‘Pembina’ di sana. Jadi kami akan mengunjungi lokasi Pembina dan kedua lembaga binaannya. Kami tidak perlu menyampaikan hal ini kepada Pembina karena tanpa diminta pun mereka mengantarkan kami. Bukan hanya mengunjungi kedua lembaga binaannya namun kami juga sekalian diajak mengantarkan undangan acara ke beberapa tempat, setengah keliling kota Makassar.
Angkutan Umum di Makassar

Kami mengikuti dengan antusias. Kebanyakan undangan ditujukan untuk pejabat pemerintah dan lembaga pendidikan. Kami diajak mampir ke perguruan tinggi dan mengamati mahasiswa di sana. Menyenangkan menurutku.
Salah Satu Tempat yang Dikunjungi

Logat dari orang-orang yang kutemui di sana mungkin sedikit lebih keras. Kurasa kebanyakan logat di Indonesia memang seperti itu. Lebih kelihatan tegas dan mengena. Mereka sangat ramah dan welcome kepada kami.
Makassar itu hampir mirip Malang kalau menurutku. Cuacanya tidak terlalu panas tapi mungkin tidak sedingin Malang. Banyak pohon diselimuti dedaunan kecil merambat. Keramaian di kota cukup padat di beberapa titik. Sepertinya lebih luas kota Surabaya dibandingkan Makassar. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja.  
Pepohonan di Makassar

Salah satu keunikan lain di Makassar adalah bentuk becaknya. Kalau tidak salah pengemudinya pun memiliki SIM. Peralatan keselamatan seperti helm pun wajib dikenakan oleh sang sopir becak.

Becak di Makassar

Makassar merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Tepatnya terletak di propinsi Sulawesi Selatan. Hmm.. banyak yang bisa dinikmati di kota Makassar. Mulai dari tempat wisata hingga sajian kulinernya. Di kota besar ini pastinya kita bisa wisata kuliner khas Makassar dan berkunjung di tempat-tempat menarik.
Pagi sesampainya di Makassar, kami disambut oleh makanan khas bernama “Cotto Makassar”. Makan makanan ini didampingi oleh ketupat. Rasanya hampir mirip soto kebanyakan namun irisan dagingnya dadu dan lebih banyak. Sepertinya ada campuran santan dalam proses pembuatannya. Cotto di sajikan ke dalam mangkuk kecil bulat (hampir mirip mangkuk di film-film China jaman dulu). Saat makan di depot ini kami bertemu dengan para penari Makassar yang mengenakan baju tradisional Makassar. Sayang aku tidak menguak informasi dari pertemuan ini. Pekerjaan menunggu, aku kan asisten.
Di lokasi lembaga binaan, makanan ringan khas Makassar pun kami cicipi. Aku lupa namanya tapi makanan ini terbuat dari pisang muda yang diblender, dibungkus daun pisang, dan dikukus. Rasanya agak sepet dan manis.
Hari menjelang senja, kami kembali ke hotel. Beristirahat dan mempersiapkan untuk bertugas besok. Dosen pendamping kami tiba ketika hari mulai gelap. Kami belum pernah bertemu dengan beliau sebelumnya, namun pekerjaan ini butuh kerjasama tim, termasuk beliau. Kami harus bisa membawa diri dengan baik.
Makan malam tiba, kami berkumpul dan menikmati makan malam spesial. Makan malam kali ini kami dijamu dengan ikan bakar Makassar. Makassar yang kaya akan ikan menyajikan ikan terbaiknya. Kekhasan ikan bakar ini terletak dari sambal. Ada lebih dari lima jenis sambal di meja. Kami mencicipi satu persatu. Tak ada yang asing dilidahku. Semuanya bisa ditolerir, enak malah.
Usai bersantap malam, kami mengunjungi tempat pioneer minuman bernama “Saraba” dijajakan. Di sini kami menikmati saraba asli Makassar beserta gorengan. Sedikit aneh karena gorengan berupa singkong dan pisang goreng disandingkan dengan saus sambal. Ketika kami coba rasanya tidak begitu aneh. Lumayan.
Dari rasanya aku menduga kalau saraba ini terbuat dari campuran gula merah, jahe, dan merica. Minuman ini juga bisa ditambahkan dengan telur mentah. Saraba disajikan panas. Bisa kebayang kan rasanya minuman panas bin pedas diteguk di saat gerimis hampir tengah malam di tempat terbuka. Oia, kedai ini menyiapkan puluhan meja dan kursi terbuka hingga hampir memakan badan jalan yang sepi. Agak mirip kedai-kedai di Eropa. Kebanyakan pengunjungnya adalah anak muda.
Saraba dan Gorengan

Menjelang tengah malam, kami kembali ke hotel. Istirahat dan mempersiapkan berkas untuk keesokan harinya.
Pagi menyambut. Kami sarapan di hotel. Makanan yang disajikan sama dengan makanan di hotel kebanyakan. Usai sarapan kami mampir ke sebuah kedai kopi di depan hotel. Di sini kami menikmati teh dan kopi phoenam serta roti bakar selai srikaya.
Aku memilih kopi phoenam waktu itu. Rasanya khas. Tidak terlalu pahit ataupun manis, pas. Kopi ini berbeda dari kopi kebanyakan hanya saja aku tidak tahu letak perbedaannya di bagian mana.
Roti bakar selai srikaya ini bukan dari buah srikaya. Selai ini campuran bahan gula dan telur. Rasanya enak. Manis dan gurih. Pagi ini banyak orang menyempatkan diri sarapan di kedai ini. Secangkir kopi phoenam dan setangkup roti bakar srikaya jadi pilihan sebelum berangkat bekerja.
 Acara makan pagi selesai. Kami bergegas menuju hotel tempat kegiatan diselenggarakan. Peserta maupun pembicara yang hadir sangat antusias. Aku dan temanku melakukan tugas kami.
Waktu menunjukkan jam makan siang. Kami semua istirahat sholat dan makan. Tugas kami sudah selesai. Menunggu acara selesai kami pun menuju rumah makan yang menyediakan es pisang ijo terenak di Makassar. Satu porsi es pisang ijo ini menurutku terlalu banyak. Atau mungkin ini gara-gara aku yang baru saja makan siang jadi porsi ini terlihat jumbo olehku.
Pisang Ijo

Rasa es pisang ijo ini hampir mirip dengan es pisang ijo kebanyakan. Hanya rasanya lebih menyengat dan original. Kami makan es ini di saat cuaca gerimis. Tidak begitu tepat sebenarnya makan es di suasana dingin. Tapi apa boleh buat, kapan lagi ke Makassar coba?
Es pisang ijo sudah berpindah ke dalam perut namun nampaknya acara di hotel tadi masih belum memperlihatkan tanda-tanda akan usai. Pesertanya sangat antusias katanya. Kami pun melanjutkan perjalanan ke tempat-tempat menarik di Makassar.
Kami melewati kawasan dimana hampir sederetan kiosnya menyediakan bir. Banyak spanduk dan iklan minuman ini. Agak ngeri menurutku. Untungnya kami lewat ketika sore hari, belum banyak yang buka.
Kami menembus gerimis sore ini. Jalanan tidak terlalu lengang. Masih banyak kendaraan berlalu lalang meskipun gerimis belum mau berhenti. Mungkin memang jam pulang kerja.
Gerimis di Makassar

Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Fort Rotterdam. Bangunan di sini menyerupai gedung-gedung di Eropa khususnya Belanda. Kami tidak masuk, hanya foto-foto di bagian luar. Ada yang bilang belum ke Makassar namanya kalau belum foto di tempat ini.

Bagian Depan Fort Rotterdam

Puas berfoto, kami pun melangkah ke tempat selanjutnya, pantai Losari. Sepanjang jalan menuju pantai Losari aku terkagum-kagum dengan beberapa bangunan di sini. Bangunannya bergaya Eropa. Kami juga melewati pasar pusat penjual emas. Katanya emas di sini murni dan harganya lebih murah.
Salah Satu Bangunan Bergaya Eropa

Selain itu, kami pun berkesempatan memandang rumah Jusuf  Kalla dari jauh.
Rumah Jusuf Kalla di Makassar

Akhirnya kami pun tiba di pantai Losari. Pemandangan di sini cukup bagus. Cuaca yang masih mendung membuat suasana semakin dingin. Ada masjid besar di pantai ini. Unik karena masjid ini setengah mengapung di atas laut.
 Masjid di Area Pantai Losari

Tulisan raksasa di tepi pantai juga bisa dijadikan latar belakang untuk berfoto. Kami pun tak melewatkan kesempatan ini. Ada sebuah pulau kecil terlihat dari kejauhan. Aku penasaran, ada apa di sana?
Pulau Kecil
Pantai Losari

Beberapa objek unik yang aku temui di sekitar Pantai Losari.





Objek-objek Unik di Sekitar Pantai Losari

Acara jalan-jalan usai. Kami kembali ke lokasi ‘Pembina’ untuk melakukan tugas. Di perjalanan kami menemui kedai-kedai di pinggir jalan.
Kedai di Tepi Jalan

Kami juga melintas di depan pelabuhan Makassar. Katanya pembangunan di Makassar saat ini berlangsung pesat. Ini juga mempengaruhi perekonomian masyarakat.
Pelabuhan Makassar

Setelah diskusi panjang, kami pun makan malam. Kami disuguhi makanan khas Makassar lain yakni sop sodara. Sop sodara ini hampir mirip cotto Makassar. Perbedaannya kalau di sop sodara terdapat potongan sayur seperti wortel di dalamnya. Rasanya pun sedikit berbeda. Dosen pembimbing kami sudah kembali ke Pulau Jawa, ada urusan. Kami berdua kembali ke hotel dan akan terbang ke Surabaya dini hari.
Kami tiba di bandara sebelum shubuh. Sholat shubuh di bandara dan bergegas berlomba dengan matahari. Ya, kami terbang searah dengan matahari, menuju barat.
Matahari di Atas Awan

Terima kasih Mita Musoffa Asti yang bersedia menemani menjelajah pulau lain. Pak Bambang sebagai dosen pendamping ketika bertugas di sana. Bapak Ibu lembaga Pembina dan binaan Makassar yang sangat welcome dan ramah kepada kami. Serta dosen kami yang memberikan kesempatan langka ini. T.T

Info: sebagian besar foto di atas merupakan jepretan dari dalam mobil yang berjalan dengan kaca tertutup sehingga tidak semua hasilnya bagus.